Wednesday, April 06, 2005

Crystal Ball

"Coba gue liat dulu ke bola kristal gue...."

Sekarang kalimat diatas biasanya terdengar sebagai jawaban sarkastis terhadap pertanyaan tentang masa depan yang tak diketahui. Tapi bagi mereka yang mempelajari art of divination, menatap ke dalam bola kristal adalah pekerjaan serius. Di Hogwarts, Professor Trelawney membimbing murid2 kelas tiga dengan metode yang benar untuk mengintip ke dalam lingkaran berkabut ini---meyakini mereka bahwa kesabaran dan kerileksan akan menghadiahi mereka sebuah penglihatan tentang sesuatu yang bakal terjadi. Harry, Ron, dan Hermione menanggapinya dengan skeptis, tapi murid2 yang percaya bahwa bola kristal mengandung kekuatan untuk mengungkapkan sesuatu tidaklah sendirian.

Meskipun bola kristal betulan belum digunakan hingga Zaman Pertengahan, 'crystalomancy'---seni menatap ke dalam kristal yang natural maupun yang telah dipoles dalam usaha melihat ke masa depan---adalah bagian dari tradisi lama. Itu adalah sebuah bentuk dari 'scrying'---metode divinasi yang melibatkan menatap ke sebuah permukaan licin atau memantul sampai citra2 mulai muncul, apakah di dalam objek itu sendiri atau di dalam benak si penatap. Semua kultur di dunia sepertinya memiliki seni 'scrying'. Di Mesopotamia Kuno, tukang ramal menuangkan minyak ke dalam mangkuk berisi air dan meramalkan bentuk yang terjadi di permukaannya. Dalam Bible, Yusuf membawa-bawa gelas bertangkai dari perak, yang dipergunakannya untuk minum dan meramal. Orang Mesir Kuno, Arab, dan Persia menatap ke dalam mangkuk berisi susu, sementara orang Yunani memelototi cermin mengilat dan kuningan yang dipoles, berharap dapat melihat citra yang memberikan penjelasan. Orang Romawi adalah para 'crystalomancer' pertama, karena mereka memilih melihat ke dalam kristal quartz atau beryl yang dipoles (meskipun bentuknya tak harus bundar).

Bahkan pada zaman itu, seorang yang skeptis seperti Hermione akan menjadi seorang peramal yang payah, karena kesungguhan, sikap positif, dan kepercayaan akan prosesnya adalah kunci keberhasilan. Seorang 'crystalomancer' yang ideal mestinya dalam keadaan pikiran dan fisik yang bersih, setiap kali membaca ramalannya harus setelah dia berdoa dan puasa selama beberapa hari. Sebuah ruangan spesial dengan suasana khidmat dan seremonial biasanya dipergunakan untuk membaca ramalan. Persiapan dan perhatian sampai ke detil2nya itu dimaksudkan agar si peramal dapat mencapai keadaan seperti kerasukan sementara menatap bola kristalnya, maka sepertinya lebih mungkin citra2 yang dilihatnya itu hanya berada dalam pikirannya saja. Orang2 kuno percaya bahwa apapun yang dilihat oleh para 'crystalomancer' datang dari benak mereka sendiri dan bukan berasal dari dalam bola kristal. Meski begitu, penglihatan2 ini dianggap ramalan yang sebetulnya, bukan hanya lamunan.

Dalam beberapa tradisi, anak2 dianggap sebagai peramal yang terbaik, karena mereka murni dalam spiritual dan imajinasi mereka lebih luas daripada orang dewasa. Teori ini diterima luas di Eropa Renaissance, dimana seorang anak mungkin dipekerjakan sebagai tukang ramal masa depan melalui ritual bola kristal mirip seperti yang dilakukan oleh orang2 kuno, melibatkan doa2, dupa, dan mantra. Selama periode ini, baik anak2 maupun orang dewasa mulai melihat ke dalam bola kristal untuk alasan yang lebih praktis, seperti mengungkap identitas seorang kriminal atau mencari barang2 hilang. Catatan dari tahun 1671, misalnya, mengatakan bahwa seorang pedagang yang berkali-kali kerampokan berkeliaran di tengah malam ditemani seorang anak perempuan dan seorang anak lelaki, menyuruh mereka menatap melalui sebuah kristal sampai mereka menemukan orang yang mirip dengan si pencuri. Apakah dia menemukan orang yang benar, kita takan pernah tahu.

Tak dapat diragukan bahwa bola kristal yang paling terkenal di zaman Renaissance adalah milik John Dee, seorang ahli matematika dan astronomer Inggris yang dihormati yang dipekerjakan untuk menghitung waktu astrologi yang tepat untuk penobatan Ratu Elizabeth I pada tahun 1558. Dee amat tertarik pada scrying sebagai jalan untuk masuk ke dunia malaikat dan spirit, yang dipercayanya memiliki pengentahuan yang takkan didapatkan orang dimanapun. Dia memiliki sebuah bola kristal yang digambarkannya sebagai “sebuah telur besar yang paling terang, paling jernih dan paling menakjubkan”. Sayangnya, tak peduli berapa jam pun Dee menatap, dia tak dapat melihat apa2. Bukannya menyerah, dia malah menyewa tenaga Edward Kelly, seorang scryer profesional yang dianggap sebagai penipu oleh banyak cendikiawan. Bertahun-tahun kedua orang itu bekerja sama, Dee memberikan pertanyaan2 sementara Kelly menatap bola kristal dan melaporkan jawabannya. Bersama-sama, Dee dan Kelly menulis beberapa volume tentang pesan2 spiritual, termasuk salah satunya yang meramalkan hukuman mati Mary, Ratu Scotland, yang terjadi pada Februari 1586. Bola kristal Dee sekarang berada di British Museum, London, Inggris.

Seperti Dee, beberapa pembaca bola kristal modern mempergunakan globe mereka untuk berkomunikasi dengan dunia spirit. Yang lain membaca keberuntungan dan mencari orang2 hilang. Kebanyakan dari mereka menggunakan prosedur yang dikenal sejak dahulu, meskipun persiapan mereka tidak terlalu ribet. Persiapan yang mendetil dilakukan pada penampilan ruangan mereka, dan peramalan biasanya dilakukan dalam sinar redup. Sebuah bola kristal biasanya berupa benda bundar sempurna berdiameter sekitar empat inci dan bisa berwarna putih, biru, violet, kuning, hijau, opalescent, atau transparan. Secara tradisi, sebuah bola kristal berdiri di atas dudukan kayu ebony, gading, atau boxwood yang dipoles hingga halus. Ketika sebuah ramalan sedang dibacakan, sang peramal mungkin meletakkan bola itu di atas meja atau memegangnya di telapak tangan dilatarbelakangi kain hitam.

Sekarang, bola kristal biasanya dihubungkan dengan jendela studio2 cenayang komersil atau tukang ramal keliling yang, seperti Professor Marvel di cerita ‘The Wizard of Oz’, mengaku dapat “melihat segala dan tahu segala”. Meskipun seni scrying tak lagi dihormati seperti pada zaman dahulu, seni ini masih memiliki peranan penting di banyak kebudayaan. Yang paling terkenal, Dalai Lama yang sekarang ditemukan melalui scrying oleh komite pendeta yang mencari identitasnya dengan cara menatap Danau Lhotso di Tibet.


Diterjemahkan dari The Sorcerer's Companion by Alan Zola Kronzek dan Elizabeth Kronzek

No comments: